-->
Free backlink
<a href="http://www.mt5.com/id/">Portal Forex</a>

Wednesday, March 7, 2012

Megaupload Berubah Menjadi MEGA

https://eu.static.mega.co.nz/images/mega/mega_logo.pngLayanan pemyimpanan gratis file di awan, Megaupload, yang kembali beroperasi pada Sabtu pekan lalu belum menyediakan layanan berbahasa Indonesia. Ada 32 opsi bahasa yang tersaji di situs ini, seperti Inggris, Perancis, Belanda, Arab, Jepang, dan Turki.

Kini situs itu bersalin nama menjadi Mega.co.nz dan berbasis di Selandia Baru setelah sebelumnya berbasis di Hongkong. Pendiri layanan ini, Kim Dotcom, 38 tahun, mengatakan ada sekitar satu juta pendaftar pada hari pertama layanan diluncurkan. "Perusahaan ini akan menjadi besar," kata dia dalam jumpa pers, yang digelar di rumah mewahnya di Coatesville, Selandia Baru.

Dari tempat persembunyiannya di Selandia Baru, pendiri Megaupload, Kim Schmitz alias Kim Dotcom, tengah merancang situs berbagi file baru yang dinamakan Mega. Kim berkoar bahwa Mega didesain sedemikian rupa sehingga tidak dapat diserang.

"Bila server mati, bila pemerintah mendatangi data center dan merampoknya, atau bila seseorang meretas atau mencurinya, mereka tidak akan mendapatkan apa pun," ujar Kim Dotcom pada Wired, seperti dikutip dari situs teknologi CNET, Jumat, 19 Oktober 2012. Ia menambahkan bahwa semua data yang tersimpan akan tetap tertutup dan privat.

Dengan Mega, pengguna diberikan keleluasaan untuk mengontrol akses terhadap file yang diunggah. Mereka dapat melakukan enkripsi pada file lewat browser dengan menggunakan algoritma ''Advanced Encryption Standard''. Kemudian mereka akan diberi kunci untuk melakukan deskripsi atas file tersebut.

Karena kunci deskripsi ini tidak tersimpan di Mega, maka pengelola Mega tidak memiliki akses untuk mengetahui konten apa yang diunggah ke layanan ini. Artinya, pengelola Mega tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas file tersebut. Disebutkan juga, bila server diretas atau diambil alih, informasi personal tidak bisa diakses.

Kim Dotcom ditangkap atas tuduhan memfasilitasi praktek pembajakan dan pencurian hak cipta. Aksinya itu, menurut Departemen Kehakiman Amerika serikat, telah membuat Dotcom dan timnya, meraup untung hingga 175 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,6 triliun. Aksi Dotcom juga bikin pemegang hak cipta di Amerika Serikat merugi 500 juta dolar AS.

Berkewarganegaraan ganda: Finlandia dan Jerman, Dotcom memilih Hong Kong sebagai kantor pusat Megaupload Ltd. Ia sendiri tinggal di utara Auckland, Selandia Baru. Meski berkantor pusat di Hong Kong, Departemen Kehakiman AS menduga, Kim Dotcom cs ini memanfaatkan jaringan server yang tersebar di seluruh dunia, termasuk di negara bagian Virginia AS. Inilah yang jadi dasar mengapa FBI bergerak. Kepolisian Selandia baru sendiri dikontak FBI  awal 2012.

Lalu siapa sebenarnya Kim Dotcom? Lahir di Kiel, Jerman, Dotcom -- yang kemudian dikenal sebagai Schmitz - dikenal sosok yang cerdas dan berbakat. Sejak kecil, ia suka membuat tiruan games dan menjualnya ke kawan-kawan sekolahnya.

Begitu ia mengenal internet,  seperti dikutip koran Jerman Die Welt, Schmitz sudah bisa meretas komputer. Sejak itu, aksinya sebagai peretas dimulai. Schmitz misalnya, pernah membobol jaringan komputer Petagon dan NASA. Bahkan sempat mengamati satelit real time dari Istana Saddam Husein selama perang Teluk Persia berlangsung. Ia juga meretas keamanan banyak sekali bank-bank besar dan memalsukan banyak sekali transaksi kartu kredit.  Aksinya itu membuat Schmitz  mendekam di penjara Munich, hampir dua tahun lamanya.

Andreas Bogk, peretas senior yang juga anggota the Chaos Computer Club, mengaku tak kenal Schmitz secara pribadi. Ia hanya tahu, Dotcom cukup populer di kalangan peretas tahun 1990-an. Saat itu, Dotcom mendirikan sebuah komunitas hacker khusus perangkat lunak. Dan sistem komputer yang digunakan itu untuk meng-upload software bajakan dari orang lain.

Tahun 1998, ketika bebas dari penjara, Schmitz mendirikan jasa keamanan komputer dan investasi modal ventura melalui Kimvestor perusahaan. Saat itu, seperti dilansir Majalah Jerman Der Spiegel, Schmitz pernah membual ia bakal menyaingi Bill Gates sebagai orang terkaya dunia.  "Saya lebih cerdas daripada Bill Gates," katanya.

Tahun 2001, Schmitz masuk bui lagi setelah sukses melakukan insider trading dalam situs bisnis online letsbuyit.com. Akibat aksinya itu, Schmitz membuat lebih dari $ 1 juta saham melonjak. Schmitz yang saat itu melarikan diri ke Thailand akhirnya diekstradisi dan pengadilan menjatuhkan hukuman percobaan, 20 bulan dan denda 100 ribu euro.

Sejak itu, tak terdengar lagi kabarnya, sampai aparat menemukan jejaknya di Selandia Baru dan Hongkong. Schmitz sendiri baru pindah ke Selandia Baru tahun 2005. Menikah dan memiliki tiga orang anak.

Dia dan keluarganya pindah ke sebuah rumah besar senilai US $ 24 juta bernilai jutaan dolar di luar Auckland. Ia menginvestasikan minimal NZ $ 10 juta ($ 8.000.000) di Selandia Baru demi mendapat permanen resident. Membeli belasan mobil mewah dan menamai pelat mobil dengan sesuka hatinya.

Schmitz juga mendonasi $ 500 ribu untuk membeli kembang api demi perayaan tahun baru 2012. Saat kembang ati meledak, Schmitz membawa anak dan istrinya menikmati kembang api itu dari helikopter pribadi mereka.

Lagi-lagi semua kemewahan dan aksinya berakhir pekan lalu. Saat puluhan polisi mengerebek di rumah mewahnya dan menyita seluruh kekayaannya. 


Lelaki berdarah Jerman, yang bernama asli Kim Schmitz ini, sebenarnya masih menjalani proses persidangan di Selandia Baru atas tuduhan menyediakan wahana penyimpanan untuk pelanggaran hak cipta film dan lagu. Dia sempat ditahan lalu dilepas dengan jaminan pada sekitar pertengahan tahun lalu. Saat ini proses persidangan untuk memutuskan jadi-tidaknya ekstradisinya ke Amerika Serikat masih berjalan.


Kementerian Kehakiman Amerika Serikat menuding situs Dotcom menyebabkan kerugian perusahaan film dan musik di sana sebesar sekitar US$ 500 juta (sekitar Rp 4,8 triliun). Perusahaan-perusahaan film yang bergabung di Motion Picture Association of America merupakan pemegang hak cipta dari mayoritas film Hollywood, yang banyak diunggah ke situs milik Dotcom.

Pada Januari tahun lalu, pasukan khusus Selandia Baru dan penyelidik dari Federal Bureau Investigation menciduk Dotcom dari rumahnya dan menyita semua peralatan digital serta server, yang menaungi situs Megaupload. Sebagian server juga berada di Amerika.

Hingga saat ini, lelaki berusia 38 tahun itu masih menjalani proses persidangan. Dia mengaku yakin bisa mengalahkan tuntutan hukum karena dirinya benar. Dia mengatakan selalu membuka pintu bagi perusahaan film Hollywood untuk bisa menghapus langsung semua file jiplakan di situsnya.

"Jadi lebih baik kita semua bicara baik-baik dari pada menempuh cara seperti ini," kata dia sambil mengancam akan menggugat aparat penegak hukum di Selandia Baru dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Megaupload beroperasi sejak 2005 dan sempat memiliki karyawan sebanyak 200 orang sebelum ditutup.

Menanggapi permintaan itu, asosiasi perfilman Amerika Serikat (MPAA) mengatakan akan melihat terlebih dulu seperti apa situs baru Mega. "Yang kami tahu Kim Dotcom membangun karir dan kekayaannya dengan mencuri hasil karya kreatif orang lain," kata pengelola MPAA dalam rilisnya.

Situs Mega menyediakan fasilitas penyimpanan gratis 50 gigabita bagi setiap pengguna. Sedangkan untuk fasilitas penyimpanan sebanyak 500 gigabita, 2 terabita dan 4 terabita, setiap pengguna akan dikenakan biaya, masing-masing, sebesar US$ 13,29 (sekitar Rp 128 ribu), US$ 26,59 (sekitar Rp 255 ribu) dan US$ 39,90 (sekitar Rp 383 ribu) per tahun.

Menurut Kim, setiap pengguna bisa menyimpan file secara aman karena dilengkapi fasilitas enkripsi. Kuncinya terletak pada password yang dikombinasikan dengan rumus enkripsi tertentu. "Jadi saya sendiri bahkan tidak tahu file apa saja yang disimpan pengguna di situs Mega," kata dia. 

Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/01/22/116378915/Siapa-Sebenarnya-Kim-Dotcom-CEO-Megaupload

Ntu dibawah masih anyar artikelnya:



0 comments:

Post a Comment

Monex